Seorang tukang pos tiba-tiba saja mengetuk pintu rumah pria ini, dia mengantarkan setumpuk surat yang dikirim oleh anaknya.
Ayah dari anak itu pun terkejut.
Apa lagi saat membaca sejumlah surat tersebut.
Tak mampu lagi dirinya menahan air mata.
Kisah ini berawal saat istri sekaligus ibu dari anak ini meninggal dunia.
Semua peran ibu diambil alih oleh sang ayah.
Tak hanya mengurus rumah dan anak semata wayangnya saja, pria ini juga harus tetap bekerja.
Setiap pagi dirinya menyiapkan sarapan.
Setelah itu mengantar anak sekolah lalu pergi ke kantor.
Lelah dan letih tak lagi bisa dipungkiri.
Sampai-sampai pria ini tak mampu untuk menahan emosi dari dari setiap tingkah anaknya.
Suatu ketika dirinya pulang dari pekerjaannya.
Saat hendak merebahkan badan di atas kasur, dirinya mendapati sebuah mangkuk mi instan di bawa selimut kemudian pecah.
Pria ini pun begitu marah dan menghukum anaknya dengan memukul menggunakan rotan.
Mereka berdua sama-sama menangis.
Setahun berlalu, selepas kejadian itu dirinya tak mau lagi melakukan hal serupa pada anaknya.
Namun nahas, sedang sibuk di kantor guru dari anaknya itu meneleponnya.
Memberi tahu bahwa anaknya tak pernah masuk sekolah.
"Bagaimana mungkin ? karena setiap pagi saya mengantarkan dia," ujar lelaki itu seperti dilansir dari laman Eberita.org.
Jelas saja dia kembali emosi.
Kemudian segera pulang ke rumah.
Tapi si anak tidak ada.
Setelah dicari rupanya sang anak ada di sebuat warung internet sedang bermain game online.
Amarahnya kembali meluap membabi buta dengan memukul tubuh sang anak menggunakan rotan.
"Aku minta maaf ayah, aku minta maaf ayah," teriak si anak.
Beberapa hari kemudian anaknya pulang dari sekolah.
Dia bercerita bahwa dirinya sudah diajarkan membaca dan menulis di sekolah.
Sejak itu sang anak jarang sekali keluar dari kamar.
Dia memilih untuk belajar menulis dan membaca.
"Saya yakin ibunya pasti akan bangga melihat anaknya sekarang," katanya.
Hanya selang beberapa hari kemudia, ada seorang petugas pos yang datang ke rumahnya.
Dia mengantarkan setumpuk surat yang ditulis oleh anaknya.
Tukang pos tidak bisa mengantar ke alamat yang dimaksud karena dalam surat itu hanya tertulis "Untuk ibu tersayang".
Pria itu pun kemudian membacanya.
“Ibu Hari ini aku kena marah dengan ayah karena meletakkan mie instan di bawah selimutnya,ketika itu saya sangat lapar jadi aku ingin memasak nasi, tapi aku ingat pesan ayah, aku dilarang menggunakan barang barang berbahaya di rumah, oleh sebab itu aku menyiram mie dengan air panas satu untuk aku dan satu untuk ayah,ayah punya saya letak dibawah selimutnya takut mie sejuk.
Tapi ayah memarahiku karena aku lupa mengatakan meletakkan mie untuk ayah di bawah selimut.
Ibu” aku sudah masuk sekolah,aku sangat menrindukanmu,hari ini kami membuat pertunjukan bakat dan cikgu mengundang ibu murid hadir dalam pertunjukan itu, tapi kamu tidak ada.
Aku tidak ingin menghadirinya , aku tidak memberitahu ayah tentang hal ini karena aku takut ayah akan mulai menangis dan merindukanmu lagi.
Untuk menyembunyikan kesedihan, aku pergi main game dikedai komputer, ayah kemudian menemukanku dan memarahi serta memukulku.
Ibu setiap hari aku melihat ayah sangat merindukanmu, setiap kali dia teringat padamu ia begitu sedih, saya ingat kami berdua sangat merindukanmu, tapi ibu aku mulai melupakan wajahmu, bisakah kau muncul dalam mimpiku malam ini?”
seperti itu isi surat yang ditulis oleh sang anak.
Sumber : tausiah-pedia.blogspot.com